Kalijaga.co – Nasib mujur menggelayuti ratusan kucing di lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Mereka mendapat perhatian penuh oleh Komunitas Ramah Kucing. Tidak hanya diberi makan, kucing UGM juga mendapatkan perawatan kesehatan secara berkala.
Semua bermula ketika sejumlah mahasiswa berinisiatif membentuk Komunitas Ramah Kucing pada 2017. Hal itu mendapat apresiasi dari para cat lovers, sebutan untuk penyayang kucing, khususnya di daerah Yogyakarta. Banyak kalangan civitas akademika yang turut mendukung keberadaan komunitas tersebut. Tujuannya satu, untuk mewujudkan manusia yang beradab.
Ketua umum Komunitas Ramah Kucing Sigit Bagas Prabowo menjelaskan, berdirinya komunitas ini diawali dengan keisengan mahasiswa yang suka mengambil foto dan video kemudian diunggah di akun instagram “kucing UGM”. Tidak disangka, lambat laun jumlah pecinta kucing bertambah banyak. Dari situlah mereka membentuk struktur organisasi dengan lingkup kecil yang terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan tim rescue.
Meski belum memiliki legalitas organisasi di lingkungan UGM, namun pihak kampus merespon positif hadirnya Komunitas Ramah Kucing. Salah satunya datang dari bagian Humas UGM.
“Kita sudah menjalin kerjasama dengan humas untuk pembuatan video kegiatan bahwa tidak ada pelarangan atau relokasi kucing dan kemarin juga ada penawaran untuk melakukan syuting” kata Sigit kepada kalijaga.co, Selasa (28/3/2023)
Kucing yang berada di UGM, lanjutnya, berjumlah lebih dari 100 ekor yang menyebar di delapanbelas fakultas, sekolah vokasi, daerah perumahan dosen, perpustakaan, dan masjid kampus. Sigit membedakan kucing tersebut menjadi tiga golongan.
“yaitu liar tidak bisa di pegang, liar bisa di pegang, dan liar yang dirawat. Perawatan kucing sendiri tidak difokuskan pada vaksinasi, namun apabila ada kucing yang sakit, penanganan yang diberikan berupa obat jalan, atau jika perlu penanganan khusus, mereka akan segera dibawa ke klinik hewan untuk rescue,” jelasnya.
Sementara itu terkait biaya perawatan, komunitas ini menggalang donasi berupa uang dan pakan. Ketua Bidang Kerjasama Komunitas Kucing UGM Riska Diana Dilla menyebut, kucing-kucing UGM setiap bulannya membutuhkan anggaran satu juta rupiah.
“pemberian makan disini menggunakan sistem pre order, misalnya pusat studi A ingin memberi makan kucing, maka dia harus order makan terlebih dahulu” ujarnya.
Riska menambahkan, semua kucing yang ada di kampus selalu diberi nama dan kalung sebagai identitas. Namun dia mengakui jika belum semua kucing mendapatkan fasilitas tersebut.
“Untuk kalung sendiri masih proses, kita akan mendesain logo untuk pembuatan kalung, jadi nanti untuk bagian depan kalung berupa logo dan belakang berupa nama kucingnya” paparnya.
Dalam perjalanannya, komunitas ini tak luput dari tantangan. Riska menyebut kurang tertatanya koordinasi antar civitas akademika, sebab masih banyak yang belum paham mengenai cara penanganan kucing yang sedang sakit. Hal ini wajar terjadi karena komunitas ini masih dalam proses berkembang.
Ditanya terkait suka dan duka dalam menangani komunitas ini, baik Riska maupun Sigit menjawabnya dengan legowo. “Keunikan dari komunitas ini, kita ngurusi kucing yang tidak dimiliki oleh organisasi lain,” ucapnya.
Mereka berharap komunitas ini mampu menyejahterakan kucing yang ada di UGM, mengajak civitas akademika untuk lebih peduli terhadap keberadaan kucing, dan mewujudkan kampus UGM sebagai kampus ramah kucing. (pgmi)
Reporter : Dewi Nurmalisa I Editor : Aulia Rachmah
Nasib Mujur Kucing UGM: Mendapat Jatah Rp 1 Juta Setiap Bulan – Kalijaga.co
[url=http://www.gzo072d3s4h97j8hg8w3y4nr1g602jq9s.org/]urwtsnxwpo[/url]
rwtsnxwpo http://www.gzo072d3s4h97j8hg8w3y4nr1g602jq9s.org/
arwtsnxwpo