Kalijaga.co – Tak bertuan tetapi punya ‘majikan’. Sejumlah kucing kerap lalu lalang di seputaran Laboratorium Agama Masjid UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Takmir punya data dan tahu harus bagaimana merawatnya.
Ahmad Alif Suryadarma, salah satu takmir Masjid UIN Sunan Kalijaga, membenarkan jika mereka merawat beberapa kucing dari kecil di dalam kamar takmir.
“Dibilang official (milik kita) bukan official sih, tapi kami memang rawat sejak kecil,” ucap mahasiswa Program Studi Psikologi tersebut.
Alif menceritakan asal muasal kucing-kucing tersebut. “Jadi kan induknya melahirkan di kamar kami, kemudian induknya meninggal. Akhirnya empat (anak kucing) itu kami rawat sampai sekarang,” ungkapnya.
Dua kucing lain, lanjut Alif, meninggal tiga minggu yang lalu. Pada saat kecil sampai umur 6 bulan, kucing-kucing itu selalu diawasi makanan dan sejauh mana mereka berkeliaran. Takmir juga memberikan nama para kucing yang tinggal di lingkungan masjid, sesuai nama takmir.
“Yang bandana hijau namanya Elan, yang merah itu Riko, itu nama-nama takmir sih. Terus yang kuning itu mati si Alif, terus yang hijau muda itu Saiful,” paparnya.
Tak hanya memberi makan, takmir juga melatih kucing-kucing tersebut untuk tidak membuang kotoran di sekitar masjid.
“Kami sudah melatih dari kecil, ada tempatnya (kototoran), kandangnya, dan sebagainya. Jadi gak belepotan gitu,” katanya.
Alif mengimbau jika jamaah mencium atau melihat kotoran kucing di sekitar masjid agar segera melaporkan kepada takmir.
“Kalau ada laporan, kami akan langsung bersihkan. Karena sudah menjadi tanggung jawab tamir untuk memelihara dan merawat kebersihan masjid. Takmir ikut senang jika ada mahasiswa dan jamaah yang suka terhadap kucing dan memperbolehkan untuk memberi makan atau bermain bersama,” pungkasnya.
Kepedulian takmir terhadap kucing yang berada di sekitar masjid mendapat tanggapan positif dari jemaah. Atiqoh, misalnya. Mahasiswi pecinta kucing ini sering memberi makan kucing-kucing yang berada di lingkungan masjid.
“Kucing official milik masjid itu sisa dua, tapi yang bukan official tapi di lingkungan masjid (ada) satu,” katanya.
Ia bahkan tahu nama kucing yang kerap ditemui. “Namanya Elan,”sebutnya.
Atiqoh sudah dekat dengan Elan karena sudah kenal selama beberapa bulan. Dia menganggap Elan sebagai kucingnya sendiri. Salah satu alasan yang membuatnya suka terhadap kucing adalah memiliki teman bercerita. “Karena kalau curhat lebih enak” tutupnya. (pgmi)
Reporter : Yusuf Fahrudin | Editor : Kharismatul Khasanah