.
Ramadhan Tahun Ini
Kumandang adzan telah terdengar
Terbenam matahari menuju magrib
Tak terasa Ramadhan tahun ini telah datang
.
Disaaat semua bulan terlampaui
Mengapa begitu cepat ramdhan ini kembali
Bertemu Ramadhan tahun ini
Sungguh menggetarkan hati
.
Biarpun langit malam penuh bintang
Dan langit esok disambut sang surya timur
Rinduku akan suasana rumah
Yang akan membawaku kembali ke dalamnya
.
Maka akan kutempuh hingga akhir
Kuhadapi dengan gigih berani
Akan kulawan semua halang rintang
Untuk kembali bertemu orang terkasihku
.
.
.
.
.
Menolak Menyerah
Kegelisahan tiba meretakkan pilar-pilar angkasa
Dari sana kepingan langit runtuh berhamburan
Itu buatku ingat kalau semua nyala api akan berganti gulita
Begitu pula tarik napas dan denyut nadi, semuanya bakal sunyi di kekekalan
.
Kesadaran ada saatnya tidak mudah dikemudi, dan cemas menyetirnya ke trotoar penuh bekas luka yang sudah pernah kulalui
Aku tetap bertahan, tapi beranjak dari keterpurukan
Berdiri, berlari, dan kerahkan segenap energi
Demi terus melawan hingga laut menguap menjadi padang pasir
.
.
.
.
.
Gandeng Aku Pergi dari Sini
Angin malam meniup rambutmu yang bergelombang bagai ombak laut merah
Di sana jangkar aku lemparkan dan daratan aku tinggalkan
Sebagaimana nenek moyang paus biru menjauhi pasir pantai dan memutuskan kembali menjadi ikan tanpa insang
Karena dari matamu, kutahu harapan bisa teguh dipegang
.
Terjerembab di tempat gelap dan jemarimu menarikku ke arah kunang-kunang.
Meski begitu, dua bibirmu berucap “aku bukan lentera terang bagi empat dinding tanpa jendela di kamarmu”
Padahal, dia adalah sebatang korek kayu yang akan membakar setiap ruang di hatiku yang hitam
.
.
.
*Lafiatul Jannah merupakan mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta