Oleh : La Masihu Tehuayo*
Pertukaran Pelajar Merdeka merupakan salah satu kegiatan pembelajaran dalam program merdeka belajar kampus merdeka. Pertukaran Pelajar Merdeka memberikan kesempatan bagi setiap mahasiswa untuk melaksanakan perkuliahan selama 1 semester di kampus tujuan.
Alhamdulillah saya merupakan salah satu orang yang terpilih untuk mengikuti program pertukaran mahasiswa merdeka yang ditempatkan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Terimakasih saya ucapkan kepada kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi yang telah mengadakan program kampus merdeka belajar dan memberikan wadah dan kesempatan bagi setiap mahasiswa untuk bisa mengikuti program ini. Serta tak lupa pula saya ucapkan terimakasih kepada rektor Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, dekan fakultas sosial dan ilmu politik dan kepala program studi ilmu komunikasi. Ini merupakan suatu kebanggaan bagi saya karena dapat mengikuti program pertukaran pelajar ini.
Para dosen di UIN Sunan Kalijaga memiliki standar pengajaran yang baik dan kompeten yang mampu membentuk karakter dan wawasan mahasiswa nya untuk memiliki wawasan dan pengetahuan yang luas. Hal ini terlihat dari berbagai macam tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa.
Para mahasiswa tentu sudah terlebih dahulu mendapatkan materi dan bimbingan dari dosen nya sebelum terjun ke lapangan untuk mempraktekkan berbagai macam teori yang sudah diajarkan di kelas. Contoh nya, dalam pelajaran manajemen redaksi berita yang diampu oleh pak Irawan Wibisono, M.Ikom.
Pak Irawan memiliki cara belajar yang unik, setiap kali akan dimulainya materi perkuliahan, beliau pasti menanyakan berita-berita hangat, baik nasional maupun internasional. Hal ini secara tidak langsung memunculkan sifat inisiatif di dalam diri setiap mahasiswa untuk membaca dan mencari informasi dan berita-berita terkini di pagi hari sebelum memulai perkuliahan. Jadi ketika dimulainya mata kuliah beliau, para mahasiswa sudah siap dengan masing-masing berita yang telah dibaca tersebut.
”Jurnalistik itu bukan hanya soal skill, tapi yang lebih penting dari itu adalah mental.” Kalimat tersebut merupakan ungkapan dari pak Irawan yang masih saya ingat sampai saat ini. Sungguh, mental merupakah hal sangat dibutuhkan seorang jurnalis. Karena kalau seorang jurnalis tidak mempunyai mental untuk meliput, maka sudah tentu berita tidak mungkin akan bisa terbit.
Saya dan beberapa teman pernah ditugaskan untuk membuat berita seputar olahraga. Ketika itu, kami mengambil olahraga bulu tangkis yang merupakan ajang internasional yang diselenggarakan di Yogyakarta pada tanggal 2 Oktober 2022 di GOR Amongrogo Yogyakarta. Ada sedikit rasa malu dan takut dalam hati kami ketika harus mewawancarai atlet bulutangkis Anggi dan Laras yang merupakan wakil ganda putri dari Indonesia yang memenangkan pertandingan final pada hari itu. Tetapi, mau tidak mau kita harus jalani tugas kami, karena ini merupakan tanggung jawab kami sebagai seorang jurnalis agar untuk mendapatkan berita.
Selanjutnya ada mata kuliah Teknik Editing yang diampuh oleh Dosen Bapak M.Luthfi Habibi, M.A. Seperti hal nya dengan dosen-dosen lain nya, kami diajarkan terlebih dahulu agar dapat mengedit video secara baik dan benar. Pak Habibi juga membuka pintu bimbingan bagi setiap kelompok yang mau berkonsultasi mengenai kendala-kendala apa saja yang terjadi ketika produksi film.
Dalam tugas pembuatan film ini, banyak sekali pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan. Saya dapat berinteraksi dengan teman-teman yang berasal dari berbagai daerah, dapat pula mengenal kebudayaan dari daerah masing-masing, merasakan suasana belajar yang berbeda, yang pastinya mendapatkan pengalaman serta tambahan ilmu pengetahuan.
Begitu juga dengan dosen-dosen UIN Sunan Kalijaga lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu kebaikan dan cara metode pengajaranny. Lingkungan pembelajaran di UIN Sunan Kalijaga cukup mendukung bagi para mahasiswa nya, dimana disetiap kelas-kelas perkuliahan disediakan tempat untuk belajar. Hal inilah yang memunculkan lingkungan pembelajaran yang baik. Banyak dari para mahasiswa membawa buku bacaan kemanapun ia pergi. Mereka memanfaatkan segala fasilitas yang ada di kampus dengan baik dan semaksimal mungkin untuk menambah dan memperluas wawasan mereka.
Jajan kejujuran banyak ditemukan di depan kelas. Para penjual hanya meletakkan jajan mereka di depan kelas dengan tempat khusus untuk meletakkan uang dan hanya dibiarkan begitu saja, dan hanya diberi tempat uang bertuliskan ”kantin kejujuran.” Jadi bagi para mahasiswa yang ingin membeli jajan dapat mengambil barang dan uang kembaliannya sendiri. Hal ini sungguh merupakan suatu pemandangan indah yang pernah saya lihat di kampus UIN Sunan Kalijaga. Hal ini juga dapat menimbulkan sifat kejujuran bagi para mahasiswa.
* Penulis adalah mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Surabaya yang tengah mengikuti program pertukaran mahasiswa MBKM di Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. | Editor: Nabiel Mumtaz Zaydane Firdaus