Cintanya Muhammad
Oleh: Rajulun Mahfud
Untuk menyempurnakan akhlak
Itulah tujuannya turun pada pertiwi
Meregang kematian engkau tetap memikul kami
Merengkuh merelakan detak jantung nyawamu sendiri
Lupa kami lupa akan hadirmu nabi
Kami lupa akan nasib kami sebagai budak
Kami lupa akan nasib kami sebagai bidak
Kami lupa akan diri kami terletak
Kami lupa akan semua yang seharusnya kami syukuri
Namun engkau buta akan kesalahan kami semua
Maafkan kami
Maulidin nabi jadi tonggak untuk tak lupa
Jajaran amal nuansa yang fatamorgana bagi kami ini
Karena dirimu tak lupa pada kami
Elus kami nabi dengan jari lentik manismu
Sebut kami dengan bibir manis madumu
Sebut kami di hari penantian kelak
Kami butuh engkau nabi atas hadirmu pada kami.
Setitik Cahaya di Rabiul Awal
Oleh: Aulia Rachmah
Senja kini diselimuti malam yang sendu
Malam yang tenang dengan jutaan bintang yang menari di atasnya
Begitu pula dengan rintik kecil yang turut memeriahkan kelahiran Sang Panutan umat Islam
Di hari itu bak malaikat menebar kebahagiaan dan keberkahan ke bumi
Tawa, canda, senyum yang memancar, menghiasi malam-malam itu
Wahai Nabiku, selamat hari kelahiran mu…
Semoga dengan perayaan kecil ini dapat menjadi jembatan untuk meraih syafaat mu
Sekaten
Oleh: Luthfiah Ulfiani
Kala itu, tak pernah terbayangkan bahwa Jogja akan se-istimewa ini
Gemerlap lampu menghiasi jalan Parangtritis malam ini
Alunan musik, dayu mendayu menepis kesepian dalam diri
Ramai.
Satu kata yang mungkin dapat menggambarkan suasana hari ini
Hiruk pikuk muda-mudi semakin mendominasi atmosfer sekaten kali ini
Berjalan, bercengkarama, tertawa bersama
Sesaat melupakan beban yang telah hadir
Untuk kemudian menyapa di esok hari
Ilustrasi: DALL-E ( labs.openai.com )