Kalijaga.co – Setiap bulan maulid, masyarakat Yogyakarta memiliki perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, yaitu Sekaten. Sekaten merupakan salah satu acara tahunan yang diselenggarakan untuk memperingati kelahiran nabi Muhammad saw. Hal itu dijelaskan langsung oleh ketua pelaksana Sekaten, Inung Nurzani.
Menurut Inung, istilah Sekaten berasal dari Bahasa Arab syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat. Dalam sejarahnya, perayaan sekaten tidak bisa lepas dari penabuhan gamelan yang ditujukan sebagai sarana dakwah.
Sejak jaman Mataram Islam, gamelan ini telah menjadi bagian yang melekat dalam pelaksanaan Sekaten. Dalam prosesinya, gamelan ditabuh saat dipindahkan dari keraton menuju Masjid Besar Kauman untuk mengumpulkan masyarakat guna kemudian dilangsungkan prosesi syiar Islam.
Ketika masyarakat berkumpul itulah, menurut Inung, diciptakan pasar malam “Pasar Rakyat Jogja Komerja Nostalgia Sekaten”. Masyarakat saat itu, lanjutnya, percaya bahwa roh syahadatain itu terdapat pada saat Miyos Gongso atau pemindahan gamelan dari keraton menuju pagongan Masjid Besar Kauman dan Kondur Gongso atau pengembalian gamelan ke keraton.
”Masyarakat haus akan hiburan, syiar Islam juga harus dilaksanakan” tegas Inung saat diwawancarai di pasar malam Sekaten, Sabtu (8/10).
Tahun ini, Sekaten kembali digelar setelah vakum selama dua tahun karena pandemi. Meski begitu, lokasi penyelenggaraannya juga berbeda dari sebelumnya di Alun-Alun Utara Yogyakarta pindah ke Jalan Parangtritis Km 3, Bantul. Sekaten dilangsungkan mulai dari 16 September – 16 Oktober 2022.
Tujuan lain dari Sekaten ini, menurut Inung, adalah untuk mengembalikan geliat Usaha Kecil dan Menengah (UKM) masyarakat Yogyakarta. Inung mengaku pasar malam yang dikunjungi 5000 orang tiap harinya ini bisa mengembalikan perekonomian warga.
“Saya senang (dengan) pemberdayaan warga itu, yang semulanya lahan mati kita hidupkan bersama-sama dan membangkitkan kembali UKM ” pungkas Inung.
Sebagai pesta rakyat, banyak masyarakat yang antusias datang berbondong-bondong ke Sekaten. Menurut Fatma, salah satu pengunjung, perayaan Sekaten ini menjadi daya tarik bagi para pendatang terutama mahasiswa dari luar Jogja
“Agak excited karena sudah lama tidak ke pasar malam kaya gini” akunya.
Meski demikian, Fatma merasa kecewa karena di pasar malam ini ia tidak menemukan banyak pilihan wahana untuk orang dewasa. Selain itu, kondisi jalanan yang becek akibat hujan membuatnya enggan untuk datang ke pasar malam ini lagi.
“Kalau di-rating 6/10. Karena kurang memuaskan, tidak banyak pilihan permainan untuk orang dewasa, tidak banyak pilihan jajanan, dan terlebih lagi kondisi sedang gerimis serta jalanan becek” keluhnya.
Reporter: Putri Risqi Damayanti dan Lisa Safitri | Fotografer: Annisa Auliya | Redaktur: Aji Bintang Nusantara