Di zaman gemerlapnya inovasi dan teknologi, manusia selalu mampu menyelesaikan dan memecahkan masalah hidup mengandalkan segala pengetahuan dan kemampuannya. Di satu sisi hal itu sangat bermanfaat dan memiliki pengaruh besar terhadap kemajuan peradaban manusia. Sedangkan di sisi lain, manusia lambat laun melupakan peran penting agama sebagai pedoman dalam kehidupan.
Manusia menganggap agama hanya sebagai sesuatu yang bersifat mitos, ilusif, dan dogmatis. Lantas, bagaimanakah sesungguhnya peran agama dalam kehidupan manusia? Apakah agama masih relevan di jalankan saat ini? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, terdapat pesan peninggalan Sunan Kalijaga yang akan menjawabnya.
Sunan Kalijaga merupakan salah satu Wali Songo, tokoh penyebar agama Islam di Nusantara. Sunan Kalijaga juga merupakan tokoh yang memelopori pendekatan dakwah Islam yang membumikan agama tanpa menghapuskan budaya lokal. Sunan Kalijaga berhasil mengubah Islam sebagai agama yang mudah, murah, dan ramah.
Sunan Kalijaga memasukkan syariat Islam dalam relung budaya tanpa menghilangkan budaya itu sendiri. Budaya yang merupakan ekspresi batin masyarakat lokal diakulturasi sedemikian rupa sehingga mampu menghapuskan kemudaratan dan menghasilkan maslahat serta rahmat.
Berbeda dengan cara penyebaran Islam di negara Timur Tengah yang menggunakan pendekatan senjata, Islam di Nusantara disebarkan dengan pendekatan yang lebih halus. Akulturasi antara agama dan budaya menjadi metode ampuh dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia. Dengan metode ini, Islam dapat diterima dengan mudah karena ajaran Islam masuk kedalam lubuk hati secara sadar tanpa adanya unsur keterpaksaan.
Jamak diketahui bahwa Sunan Kalijaga kerap menggunakan pagelaran wayang kulit dan kidung-kidung sebagai sarana berdakwah. Dalam dakwanya itu, Ia kerap menyisipkan pesan-pesan dengan makna yang mendalam. Salah satu pesan Sunan Kalijaga yang kiranya cukup relevan untuk saat ini adalah “Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli. Uninga sucining gandaning Nabi.” atau “Selaras dengan aliran air mengalir tetapi tidak terbawa arus. Selalu ingat kesucian ajaran Nabi.”
Jika kita telisik lebih jauh lagi pesan ini mengandung makna implisit yang sangat mendalam. Aliran air sungai merupakan analogi dinamika kehidupan manusia; gelombangnya merefleksikan naik-turunnya ritme kehidupan. Sungai yang mengalir tidak dapat dicegah dan dihalangi. Begitu pula kehidupan yang akan terus mengalir dan bergerak seiring berjalannya waktu.
Pesan itu mengisyaratkan kepada kita bahwa kehidupan yang dijalani manusia akan terus berjalan dan harus dilalui bagaimanapun kondisinya. Manusia harus selalu menyesuaikan perilaku dan kebutuhan hidup sesuai dengan tuntutan zaman. Tren dan kebiasaan yang muncul mau tidak mau harus dicoba.
Begitu pun permasalahan yang timbul harus diselesaikan dengan cara yang baru. Hal itu disebabkan karena situasi dan kondisi yang berbeda. Manusia yang tidak dapat beradaptasi maka akan tertinggal oleh manusia lainnya. Manusia yang anti terhadap perubahan akan teralienasi dari peradaban.
Dalam bait pertama itu sejatinya Sunan Kalijaga juga memperingatkan manusia untuk tidak hanyut dan tenggelam dengan tuntutan zaman. Meskipun hidup harus mengikuti perkembangan, manusia juga harus tetap memegang kendali penuh atas hidupnya agar tidak kehilangan arah.
Jika kita kaitkan dengan konteks saat ini, pesatnya perkembangan teknologi justru terkadang memperdaya pola hidup manusia. Teknologi menjadi primadona dan topik utama yang selalu dibicarakan. Saking asiknya dengan teknologi, manusia terkadang lupa bagaimana cara bersikap dan beretika. Di sinilah letak peran penting agama sebagai pijakan untuk menjaga etika dan moral manusia
Dengan berpijak pada agama, seseorang akan memiliki acuan dalam melakukan segala hal. Sebab, Menurut Clifford Geertz, seorang antropolog dari Amerika Serikat, agama memiliki fungsi untuk mensintesis etos sosial, karakter kualitas hidup, estetika, mood, dan pandangan manusia dalam menyikapi realita yang ada disekitarnya.
Mirip dengan Geertz, bait lanjutan dari pesan Sunan Kalijaga yang berarti “Selalu ingat kesucian ajaran Nabi” juga menjelaskan peran penting agama. Agar manusia tidak terpedaya dan tenggelam dalam tuntunan zaman, Sunan Kalijaga mengingatkan kita untuk berpegang pada ajaran Nabi SAW dan mengamalkannya.
Pada akhirnya, kita dapat simpulkan bahwa Sunan Kalijaga mengingatkan manusia agar selalu fleksibel dan adaptif dalam menghadapi tantangan zaman. Namun, manusia juga harus memegang teguh agama agar tidak mudah dimanipulasi zaman. Agama menjaga moral, etika, dan hati nurani manusia sehingga harus selalu menjadi pijakan dalam mengarungi segala realita kehidupan. Pesan yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga akan selalu relevan bahkan melampaui zaman. Bagaimana tidak, zaman akan selalu berubah, manusia dituntut harus selalu adaptif dan memegang teguh agama sebagai moral agar memiliki kualitas hidup yang baik.
Penulis: Muhammad Fahmi Idris | Editor: Nabiel Mumtaz Zaydane Firdaus